RSS

Sabtu, 31 Mei 2008

"Keyakinan Akan Rizki"


Pernah suatu ketika seorang ulama salaf yang bernama imam said ingin mengetahui bagaimana Allah memberikan rizki-nya kepada hamba-hamba-Nya, Beliau melakukannya untuk lebih meneguhkan keyakinannya akan pembagian rizki dari Allah. Dalam bahasa yang sederhana kira-kira beliau berkata dalam hati seperti ini, “Coba saya pengen tau bagaimana cara dan jalan Allah memberikan rizki kepada hamba-Nya”, beliau pun pergi kedalam hutan rimba yang belum terjamah manusia, setelah jauh masuk kedalam hutan beliau menemukan sebuah gua kemudian masuklah beliau kedalam gua tersebut dan duduk didalam gua yang paling ujung. Satu hari berlalu diikuti hari kedua tetapi dihari ketiga saat beliau sudah dalam kondisi lemah suatu rencana Allah terjadi. Rombongan pemburu dari kerajaan tersesat dan kemalaman dalam perjalanannya, pimpinan rombongan mengutus beberapa anak buahnya untuk mencari tempat berlindung, singkat cerita kemudian salah seorang menemukan sebuah gua, lalu mereka sepakat untuk bermalam di gua tersebut. Apa yang terjadi? Ternyata gua tersebut adalah tempat berdiam diri imam Said, maka dengan perasaan terkejut mereka mendekati imam Said. Pimpinan rombongan menyuruh seorang anak buahnya untuk memberi minum susu kepada sang Imam, ternyata Imam Said dalam keadaan mata masih terpejam tetap menolak untuk membuka mulutnya malah beliau menutup mulutnya rapat-rapat, beliau ingin tau bagaimana cara Allah memberikan rizki kepadanya. Melihat hal tersebut kemudian pimpinan rombongan memerintahkan untuk mendongkel gigi Imam Said agar mulut beliau terbuka kemudian setelah itu diperintahkanlah untuk memasukkan susu kedalam mulut sang Iman.
Mendapati hal seperti itu Imam Said pun bangkit seraya tertawa sambil mengeleng-gelengkan kepala, Beliau berkata dalam hati kira-kira dalam bahasa yang sederhana berbunyi, “Bener-bener memang Allah” sambil melanjutkan tawa Beliau.
Semoga cerita di atas menjadi inspirasi bagi kita untuk tidak lagi meragukan tentang pembagian rizki Allah. Kita tinggal luruskan niat dengan ikhlas, sabar dalam ikhtiar, tawakal dan syukur dalam hasil. Yakinlah setiap makhluk yang Allah ciptakan sudah disediakan rizkinya, jika kita ingin ditambah maka bersyukurlah dan jika ingin dilipatgandakan belanjakanlah dijalan Allah. Wallahu’alam

"Menentukan Sahabat Sejati"


Menentukan pilihan hidup merupakan tantangan dalam kehidupan, sangat membuat bimbang perasaan ketika mencari pilihan yang kita anggap tepat. Seperti itu pula ketika kita harus mencari kemudian memilih pasangan hidup kita, terkadang yang terjadi adalah kita di liputi perasaan bimbang dan risau. Kita sadar bahwa kita bukan orang yang cukup baik tetapi keinginan kita adalah untuk mendapatkan istri yang terbaik, terasa tidak adil memang tetapi itulah yang kita rasakan. Sebagai manusia kita memang memiliki rasa ingin tau yang teramat besar apalagi rasa ingin tau tersebut mengenai siapakah yang mendampingi kita dikehidupan ini, siapakan sahabat sejati kita dikehidupan ini, siapakah teman seperjuangan yang akan menjadi penyejuk mata serta pelipur lara saat hati dalam kesedihan, yang menjadi penentram dalam kegundahan kita, yang mampu menerima kekurangan dan kelemahan kita. Istri merupakan anugerah yang terindah yang kita dapatkan dikehidupan ini, memandangnya membuat semangat yang rapuh menjadi kuat, senyumannya menghilangkan kepenatan akan lelahnya hari.
Yaa Allah yang Maha Memberi, anugerahkan kepada kami istri dan suami yang menjadi penyejuk pandangan mata kami yang akan melahirkan generasi yang menjadi pemimpin bagi orang-orang soleh. Yaa Allah yang Maha Mencintai, karuniakanlah istri dan suami yang mencintai kami karena Engkau, sehingga kami mampu mengarungi kerasnya perjuangan ini untuk menggapai surga-Mu, amiin…

“Tulisan ini saya dedikasikan untuk sahabat saya kang Udin. Semoga rido dan keberkahan mengiringi setia langkah anda, semoga jalan anda untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah dikabulkan Allah”

Jumat, 30 Mei 2008

"Cermin Diri"


Sungguh keyakinan dan pemahaman dapat ter-refleksikan dalam diri seseorang, dalam keseharian kita. Kita sering berinteraksi dengan banyak orang kemudian cobalah perhatikan karakter masing-masing, kita akan merasakan sesuatu yang berbeda dari setiap orang tapi setelah kita ambil kesimpulan bahwa keyakinan, keilmuan, dan pemahaman dari setiap orang yang kita jumpai sangat berpengaruh terhadap karakter dan perilakunya sehari-hari.
Dalam keseharian mungkin kita temui orang yang banyak bicara tetapi hanya keluhan serta makian dan setiap kita bertemu dengannya kita pasti mendapatinya dalam keadaan seperti itu. Atau kita bertemu dengan orang yang selalu membuat tidak nyaman situasi saat ia ada di situasi tersebut, dengan kata lain kehadirannya sangat tidak diinginkan. Atau kita mungkin menemui seorang yang banyak membual dan membanggakan diri serta selalu menceritakan kelebihannya dibandingkan orang lain, ia selalu menganggap remeh orang lain kemudian mengambil kesimpulan sepihak bahwa dirinyalah yang berada dalam pihak yang paling benar. Orang-orang yang tadi kita sebutkan diatas mempunyai persamaan yaitu mereka akan selalu mencari pembenaran terhadap tindakan salahnya dengan kedustaan, bahkan ia tidak segan-segan mengorbankan orang lain dengan menfitnahnya untuk menutupi kesalahannya. Nauzubillah… Mereka sebenarnya memiliki ilmu yang dangkal sehingga berbuat sekehendak nafsunya, mereka sebenarnya tidak paham sehingga selalu mengerjakan tindakan hina yang ia sangka akan membuat dirinya mulia tetapi yang kemudian mereka dapatkan hanyalah kehinaan juga, karena kemuliaan tidak akan mungkin dicapai dengan jalan menghina. Mereka sebenarnya bodoh tetapi mereka menyangka dirinya pintar karena mereka tidak menyadarinya, mereka hendak menipu dan menjatuhkan orang lain tetapi sebenarnya mereka menipu dan menjatuhkan dirinya, mereka tidak memiliki keyakinan yang benar sehingga selalu dalam kebimbangan, kegelisahan dan kepura-puraan. Aku berlindung kepada Allah yang Maha Pengasih dari semua sifat tersebut..
Hal yang sangat berbeda dapat kita jumpai kala kita bertemu dengan ahli ilmu dan orang-orang yang soleh. Berada didekat beliau saja hati kita sudah merasa tentram, belum lagi beliau berkata-kata kharismanya sudah membuat semua orang disekelilingnya segan, tindakannya dan kata-katanya selau sederhana tetapi mempunyai ruh yang kuat, saat beliau berkata selalu saja hikmah yang terucap bagaikan petir yang menyambar. Beliau seakan-akan memiliki dua cahaya, cahaya yang pertama berasal dari Robb-nya yang terdapat dalam hatinya kemudian cahaya yang kedua yaitu pantulan dari cahaya hatinya karena beliau memiliki daya pantul yang kuat dikarenakan cermin hatinya bening sehingga lingkungan disekitar beliau ikut mendapatkan cahaya yang terang benderang. Beliau tidak merasa memiliki ilmu yang banyak tetapi sebenarnya beliau memiliki ilmu yang kokoh dan keyakinan yang menghujam. Beliau tidak merasa memiliki kemuliaan tetapi sebenarnya kemuliaan tersebut melekat dalam dirinya. Semoga Allah menggolongkan kita bersama golongan orang-orang yang soleh, Amin..

"Hidup Adalah"


Hidup adalah jalan cerita yang tidak kita ketahui akhir kisahnya
Ia merupakan pertanyaan yang harus kita cari jawabannya
Ia merupakan persimpangan yang harus kita putuskan kearah mana kita akan melangkah
Merupakan misteri yang harus kita telusuri hakekatnya
Merupakan permasalahan yang harus kita cari jalan keluarnya
Merupakan akibat yang harus kita cari sebabnya
Merupakan persamaan yang harus kita cari nilainya
Merupakan hal yang harus kita pahami tentangnya
Ya Allah kenalkan aku pada kehidupan
Ya Allah pahamkan aku pada kehidupan
Ya Allah berikan aku keyakinan dalam kehidupan
Ya Allah senjatai aku dengan sabar saat menghadapi kesulitan di kehidupan
Ya Allah anugrahi aku dengan syukur saat mendapati ni’mat-Mu dalam kehidupan
Ya Allah iringkanlah langkahku dengan ikhlas dalam menjalani kehidupan
Amiiin…

Jumat, 23 Mei 2008

"Terimakasih Yaa Allah"



Cobalah kita perhatikan alam ini. Saat perjalanan pagi anda pergi ketempat kerja , matahari yang mulai naik menghangatkan permukaan bumi, awan-awan yang kadang kadang cerah berjalan didalam langit yang membiru dan kadang-kadang hitam di ikuti hembusan angin yang dingin, perhatikanlan tumbuh-tumbuhan dipinggir jalan yang mempunyai bentuk daun yang bermacam-macam ada yang sudah mulai menguning dan ada yang terlihat hijau segar, mereka begitu sabar dalam menjalani hari demi hari, mungkin mereka sudah berdiri di tempat itu selama satu, tiga atau mungkin sudah puluhan tahun. Perhatikan juga sinar matahari yang keperak-perakan dibiaskan oleh sisa kabut pagi lalu dipantulkan oleh daun-daun yang masih dilapisi sisa embun pagi, kemudian sejenak perhatikan bunga-bunga yang tumbuh ditaman-taman kota dipinggir jalan renungkan sejenak keindahannya, lihatlah macam-macam bentuk mahkotanya dengan memamerkan kepada dunia warna-warni yang membuat tentram siapa yang memandangnya, merupakan paduan karya seni dan rancangan yang begitu tinggi. Kemudian lemparkanlan pandangan kelangit yang membiru kemudian lepaskanlah segala keangkuhan serta gantilah isi hati dengan rasa syukur yang memenuhi dada, kemudian tanyalah kepada diri kita nikmat Allah apa saja yang sudah kita dustakan selama kita hidup atau setidaknya sudah sebandingkan rasa syukur kita dengan limpahan nikmat Allah disegenap penjuru alam dan semua sisi kehidupan kita?
Kemudian saat sore hari dalam perjalanan pulang perhatikan kembali rutinitas alam disekeliling kita. Hirup udara yang agak lembab bercampur aroma tanah akibat hujan yang turun tadi siang, matahari bergerak turun hendak menutup hari ini dengan cahaya keemas-emasan dalam langit yang akan kembali keperaduan malam, jangan lupa lemparkan pandangan kearah dedaunan pohon-pohon jalan yang menghijau sembari melepas beban kerja hari ini. Kemudian ucapkan Terimakasih ya..Allah, Maha Suci Engkau…!

Kamis, 22 Mei 2008

"Apa Yang Sudah Saya Berikan?"


Sungguh jika kita ingin mendapatkan maka belajarlah untuk memberi, karena salah satu rahasia kebahagiaan adalah dengan memberi. Cobalah kita lihat jika dua orang saling memberi dan menerima maka kebahagiaan akan terpancar dari kedua wajah mereka kemudian lihatlah yang kemudian yang merasakan paling bahagia adalah pihak yang memberi dengan syarat mereka berdua ikhlas dalam memberi dan menerima.
Dalam konteks Bangsa kita Indonesia yang tengah memperingati 100 tahun kebangkitan nasional dapat kita kaitkan dengan konsep memberi dan menerima. Saya begitu terinspirasi dengan para pahlawan dan pendiri bangsa ini, cobalah tanyakan apa yang sudah Bung Karno berikan, apa yang sudah Bung Hatta berikan, apa yang sudah KH. Agus Salim berikan, apa yang sudah Bung Tomo berikan dan apa yang sudah para pahlawan semua berikan? Jawabannya mereka memberikan jiwa dan raga mereka untuk Bangsa ini. Tanyakanlah pada sejarah apa yang sudah diberikan Jendral besar Soedirman kepada bangsa ini? Yaitu titik darah penghabisan dan jiwa raga hingga hembusan nafas Beliau yang terakhir.
Pertanyaannya adalah mengapa mereka semua rela memberikan apa yang mereka miliki termasuk nyawa mereka kepada bangsa ini? Jawabannya karena mereka mempunyai keyakinan yang menghujam hingga kedasar bumi pertiwi yang dilandasi keimanan mereka kepada Allah Robbul’alamin. Tengoklah sejarah bagaimana catatan sejarah mengenai Jendral besar Soedirman. Dibalik raut wajahnya yang menyiratkan keteguhan, tatapan matanya yang tajam penuh dengan pemahaman serta keyakinan dan kharisma yang membuat gentar kaum penjajah kafir serta membuat segan orang-orang di sekeliling beliau ternyata beliau adalah seorang dai yang merakyat, juga seorang mukmin yang taat kepada Robb-nya, Subhanallah begitulah kekuatan iman hingga mampu melahirkan tokoh yang begitu luar biasa pribadinya. Tanyakanlah pula pada sejarah apa yang diterima oleh beliau sebagai balasan atas jiwa raga yang beliau korbankan untuk bangsa ini, apakan beliau mendapatkan harta yang melimpah, beliau mendapatkan rumah yang mewah serta uang yang banyak? Usia 31 Tahun beliau menjadi Jendral pertama sekaligus termuda dari bangsa ini kemudian usia 34 Tahun beliau wafat, artinya selama 3 Tahun beliau menjadi Jendral beliau berhasil mencatatkan namanya dengan tinta emas sejarah bangsa Indonesia yaitu keberhasilan beliau memimpin TKR waktu itu yang didukung rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan dari serbuan kaum kafir untuk menjajah kembali bangsa kita, sungguh suatu prestasi yang sulit kita tandingi.
Sekarang baliklah bertanya kepada diri kita yang saat ini menerima hasil dari jerih payah, tetesan keringat dan air mata serta tumpahan darah para pahlawan yang menghasilkan kemerdekaan yang merupakan berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa seperti diakui oleh para pendiri bangsa ini dalam pembukaan UUD ’45 yang merupakan refleksi keimanan mereka kepada pencipta diri mereka. Sekarang janganlah tanyakan hal itu kepada orang lain tapi tanyakanlah kepada diri kita masing masing, bagaimana? Ternyata kita harus mengelus dada kita tanda penyesalan yang bertubi-tubi karena betapa kita tidak tau berterimakasih, kita diwarisi kemerdekaan oleh para pendiri bangsa jangankan kita memberikan sesuatu kepada bangsa ini, menerima dengan baik dan menjaga bangsa ini saja kita masih jauh dari yang mereka para pahlawan harapkan. Lalu dimana letak hati nurani kita dan bagaimana kita hendak berterimakasih kepada Tuhan semesta alam atas nikmat kemerdekaan yang kita rasakan sedangkan untuk berterimakasih kepada para pahlawan yang karena ikhtiar mereka kita merasakan kemerdekaan saja kita enggan… jadi apa yang salah pada diri kita?

Sabtu, 17 Mei 2008

"Ibu"

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
lewati rintangan demi aku anakmu
Ibu ku sayang masih terus berjalan
Walau tlapak kaki penuh darah penuh nanah
Seperti udara kasih yang engkau berikan
tak sanggup ku membalas Ibu....
Ingin ku dekap dan menangis dipangkwanmu
sampai aku teridur bagai masa kecil dulu
Lalu doa2 baluri sekujur tubuhku
dengan apa ku membalas Ibu......
Song By: Iwan Fals

'Bung Hatta"

Tuhan terlalu cepat semua, kau panggil satu2nya yang tersisa proklamator tercinta.
jujur lugu dan bijaksana. mengerti apa yang terlintas dalam jiwa rakyat indonesia.
terbayang baktimu. Terbayang jasamu, terbayang jelas jiwa sederhanamu.
bernisan bangga, berkafan doa dari kami yang merindukan orang sepertimu.
Hujan air mata dari pelosok negeri saat melepas engkau pergi
berjuta kepala tertunduk haru ,
terbayang nama seorang sahabat yang tak lepas dari namamu...
Song By: Iwan Fals