RSS

Rabu, 26 November 2008

"Apakah Saya Cukup Layak"


Terkadang saya berpikir apakah saya cukup layak untuk menjadi bagian dari hidup orang lain. Karena ketika saya melihat diri saya, saya merasa khawatir apakah saya mampu untuk memenuhi harapan yang ada dalam benak seseorang yang kelak menjadi pendamping hidup saya, saya merenung apakah saya cukup layak untuk memberikan kenyataan atas harapan teman sejati saya, apakah saya pantas untuk memberikan beban dari kelemahan saya kepada seseorang yang harusnya saya ringankan bebannya. Saya hanya bisa tertunduk dan kemudian menatap daun-daun yang bergoyang tertiup angin.
Mungkin yang saya tawarkan hanyalah cinta yang dianugrahkan oleh Allah dan ada harapan yang begitu besar dalam hati saya mudah-mudahan apa yang melekat pada diri ini dapat diterima dengan sabar, syukur dan ikhlas oleh sahabat sejati saya kelak. Keinginan dihati adalah memberikan yang terbaik untuknya, bergandengan tangan dan saling mendukung mengarungi dunia menuju kebahagiaan di akhirat, mengusap air matanya serta menjadi pelipurlara dari gundahnya. Ingin sekali menatap binar matanya untuk saling menguatkan, juga saling memberikan senyuman terindah untuk mengobati lelahnya hari.
Ya Allah Yang Maha Pencipta Keindahan…., jadikanlah indah hari kami karena bersyukur atas indah anugrah cinta-Mu…amiiin

"Wanita"


Wanita…., merupakan makhluk Allah yang merupakan perhiasan terindah. Sebagai lelaki terkadang kita sulit memahami apa yang dipahami mareka, sesuatu yang berbeda tetapi tercipta selaras dan saling bertergantungan. Lelaki banyak memandang semua permasalahan secara rasional, terfokus dan sistematis maka dari itu sulit bagi lelaki untuk mengerjakan lebih dari satu hal dalam waktu yang bersamaan, tetapi wanita memiliki kelebihan yaitu mampu mengerjakan beberapa pekerjaan dalam waktu yang bersamaan sehingga ketika seorang lelaki memasak ia harus mematikan kompor untuk menerima telefon sedangkan seorang wanita dapat memasak sambil mengobrol dengan temannya lewat telefon.
Seorang wanita akan cenderung mensikapi permasalahan dengan emosi dan perasaannya sehingga ketika bahagia mereka begitu berbahagia dan ketika bersedih mereka akan mudah untuk menangis.

Sabtu, 08 November 2008

"Hati Seorang Ibu"


“Suatu saat dipagi hari umi menjemur pakaian dihalaman belakang rumah. Tiba-tiba saja ko setiap umi menjemur sepotong pakaian, ada yang melempar umi dengan sesuatu. Tapi setiap umi menoleh ga ada orang yang umi lihat. sampai pada lemparan yang kesekian umi rasakan dari mana arah lemparan itu, ternyata dari atas pohon dibelakang umi. Kemudian umi melihat keatas, terlihat aziz sedang tertawa. Ternyata azis sedang membaca Al-Qur’an diatas pohon…”
“Dia memang deket sama umi. Si-azis ini memang sudah beda dari teman-temannya yang lain kerjaannya kalo malam ngaji didalam kamar, dan kalo tengah malam dia mbangunin yang laen sholat malam terkadang percikkan air kemuka saudaranya…”
saya terhenyu mendengar petikan wawancara yang saya dengar dari salah satu tv swasta dengan ibunda abdul azis alias imam samudra. Lepas dari bom bali yang dituduhkan padanya dan tidak bermaksud memberikan opini, saya hanya berusaha menyelami bagaimana perasaan seorang ibu mendapati anak tercintanya akan dieksekusi mati yang akhirnya sudah dilaksanakan malam tadi. Mungkin sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, hanya Allah yang Maha Tahu. Wallahu’alam

"Untitled"

Nina Gerhanawati…, satu nama yang tiba-tiba saja teringat dalam lintasan pikiranku. Sebuah nama yang dahulu pernah akrab ditelingaku sewaktu aku masih duduk dibangku sekolah dasar.
Sosok yang mendapat anugrah kecantikan yang luar biasa, mungkin merupakan wanita tercantik dari generasiku dan belum pernah aku temui dengan mata kepalaku hingga saat ini yang secantik dia, jangankan ia berdandan dengan berpenampilan seadanya saja ia tetaplah yang paling mudah dikenali. Tinggi semampai, kulit putih bersih, mata biru dipayungi bulu kelopak mata yang lentik, bibir tipis indah, rambut ikal terurai sungguh merupakan keajaiban ciptaan Allah. Jangankan memandangnya mendengar namanyapun denyut jantung bertambah frekuensinya seperti habis berlari ratusan meter…., tapi bagaimana keadaanya sekarang aku belum benar-benar mengetahui dengan pasti.
Sudah hampir 13 tahun aku tidak bersua dengannya, kudengar kehidupannya begitu dramatis. Yang kutau semenjak lulus sekolah dasar ia mondok dipesantren, tapii… kemudian terdengar kabar ia keluar dari pesantren karena melanggar aturan. Kemudian kudengar pula ia kemudian pindah kesalah satu sekolah Islam tapi tragis ia dikeluarkan karena terlibat narkoba, merupakan anugrah begitu indah yang tersia-siakan.
Hingga saat kutanya kabar tentangnya belakangan ini, sungguh terdengar kabar yang tidak pantas aku ceritakan…., kudengar dari kawanku saat mengantar undangan kerumahnya terlihat ia memakai pakaian yang mengerikan kemudian kawanku bercerita tatapannya begitu kosong dan penuh problematika. Kemudian aku hanya dapat mengelus dadaku sambil kuambil nafas panjang…,
Hal ini membuat aku termenung bagaimanapun anugrah yang Allah berikan jika tidak kita gunakan sesuai yang Allah kehendaki akhirnya hanya akan membawa kepada derita batin yang tiada bertepi. nauzubillah

"Klarifikasi Cinta"


Terkadang kita baru menyadari betapa berartinya seseorang ketika seseorang itu pergi dari kehidupan kita. Kita baru sadar betapa berartinya dia, betapa kita sangat membutuhkannya, betapa kita sangat menyayangi dan mencintainya. Adanya sering tidak kita sadari bahkan sering kita sia-siakan atau mungkin kita cemooh padahal ia bagaikan mentari yang hangatnya dapat kita rasakan, ia bagaikan udara yang kita sangat tidak bisa terlepas darinya tetapi sering kita sepelekan.
Kawan cobalah klarifikasi siapa saja yang telah memberikan cintanya kepada kita, cobalah ingat kembali siapakah orang-orang disekitar kita yang telah berjasa dalam kehidupan kita bahkan diantara mereka kita tidak akan mampu untuk mengganti apa yang sudah mereka berikan.
Ingatlah orang tua kita khususnya ibu, sepanjang hidup beliau kita hampir selalu merepotkan, beliau hanrus menanggung rasa lelah , kantuk bahkan terkadang harus meneteskan air mata demi kita, sehat kita adalah imbalan dari sakitnya, bahagia kita adalah tetesan keringatnya, senyum kita adalah penat dan lelahnya, tulang dan darah kita adalah air susunya sehingga jika hendak memberikan nyawa kita pun tak akan mampu untuk membalasnya.
Kemudian ingatlah seluruh teman-teman yang sudah kita sia-siakan, ingatlah senyuman tulus yang telah kita acuhkan, ingatlah berapa banyak beban kita yang telah teringankan oleh mereka, ingatlah tatapan cinta dan sayang mereka juga pelukan yang mampu menguatkan dan menentramkan, cobalah mengingat itu semua.
Kebodohan kita adalah kita baru menyadari hangatnya mentari ketika ia terbenam, kita menyadari sejuk dan tentramnya rintik hujan ketika ia tidak turun, kita baru menyadari indahnya bintang dan langit malam ketika ia berganti siang. Maka kawan siapkan dan buka jendela hati kita untuk menerima cinta dari segenap penjuru alam, jangan lupa juga untuk memberikan cinta kita secara bebas. Biarkan hangat dan indah cinta memenuhi ruang dan waktu kita.

Jangan pernah takut ku tinggalkan, saat bintang tak mampu lagi berdendang, saat malam menjadi terlalu dingin hingga pagi tak seindah biasanya.
Takkan mampu kita bertahan, hidup dalam kesendirian, panas terik hujan badai kita lalui bersama,
Saat hilang arah tujuan kau tau kemana berjalan meski terang meski gelap kita lalui bersama
Kutak bisa merubah yang telah terjadi, tapi akukan menjanjikan yang terbaik, agar kita tak pernah menjadi jatuh, meski bisa dermaga untuk kita berlabuh…(By: Siti Nurhalizah)