RSS

Kamis, 22 Mei 2008

"Apa Yang Sudah Saya Berikan?"


Sungguh jika kita ingin mendapatkan maka belajarlah untuk memberi, karena salah satu rahasia kebahagiaan adalah dengan memberi. Cobalah kita lihat jika dua orang saling memberi dan menerima maka kebahagiaan akan terpancar dari kedua wajah mereka kemudian lihatlah yang kemudian yang merasakan paling bahagia adalah pihak yang memberi dengan syarat mereka berdua ikhlas dalam memberi dan menerima.
Dalam konteks Bangsa kita Indonesia yang tengah memperingati 100 tahun kebangkitan nasional dapat kita kaitkan dengan konsep memberi dan menerima. Saya begitu terinspirasi dengan para pahlawan dan pendiri bangsa ini, cobalah tanyakan apa yang sudah Bung Karno berikan, apa yang sudah Bung Hatta berikan, apa yang sudah KH. Agus Salim berikan, apa yang sudah Bung Tomo berikan dan apa yang sudah para pahlawan semua berikan? Jawabannya mereka memberikan jiwa dan raga mereka untuk Bangsa ini. Tanyakanlah pada sejarah apa yang sudah diberikan Jendral besar Soedirman kepada bangsa ini? Yaitu titik darah penghabisan dan jiwa raga hingga hembusan nafas Beliau yang terakhir.
Pertanyaannya adalah mengapa mereka semua rela memberikan apa yang mereka miliki termasuk nyawa mereka kepada bangsa ini? Jawabannya karena mereka mempunyai keyakinan yang menghujam hingga kedasar bumi pertiwi yang dilandasi keimanan mereka kepada Allah Robbul’alamin. Tengoklah sejarah bagaimana catatan sejarah mengenai Jendral besar Soedirman. Dibalik raut wajahnya yang menyiratkan keteguhan, tatapan matanya yang tajam penuh dengan pemahaman serta keyakinan dan kharisma yang membuat gentar kaum penjajah kafir serta membuat segan orang-orang di sekeliling beliau ternyata beliau adalah seorang dai yang merakyat, juga seorang mukmin yang taat kepada Robb-nya, Subhanallah begitulah kekuatan iman hingga mampu melahirkan tokoh yang begitu luar biasa pribadinya. Tanyakanlah pula pada sejarah apa yang diterima oleh beliau sebagai balasan atas jiwa raga yang beliau korbankan untuk bangsa ini, apakan beliau mendapatkan harta yang melimpah, beliau mendapatkan rumah yang mewah serta uang yang banyak? Usia 31 Tahun beliau menjadi Jendral pertama sekaligus termuda dari bangsa ini kemudian usia 34 Tahun beliau wafat, artinya selama 3 Tahun beliau menjadi Jendral beliau berhasil mencatatkan namanya dengan tinta emas sejarah bangsa Indonesia yaitu keberhasilan beliau memimpin TKR waktu itu yang didukung rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan dari serbuan kaum kafir untuk menjajah kembali bangsa kita, sungguh suatu prestasi yang sulit kita tandingi.
Sekarang baliklah bertanya kepada diri kita yang saat ini menerima hasil dari jerih payah, tetesan keringat dan air mata serta tumpahan darah para pahlawan yang menghasilkan kemerdekaan yang merupakan berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa seperti diakui oleh para pendiri bangsa ini dalam pembukaan UUD ’45 yang merupakan refleksi keimanan mereka kepada pencipta diri mereka. Sekarang janganlah tanyakan hal itu kepada orang lain tapi tanyakanlah kepada diri kita masing masing, bagaimana? Ternyata kita harus mengelus dada kita tanda penyesalan yang bertubi-tubi karena betapa kita tidak tau berterimakasih, kita diwarisi kemerdekaan oleh para pendiri bangsa jangankan kita memberikan sesuatu kepada bangsa ini, menerima dengan baik dan menjaga bangsa ini saja kita masih jauh dari yang mereka para pahlawan harapkan. Lalu dimana letak hati nurani kita dan bagaimana kita hendak berterimakasih kepada Tuhan semesta alam atas nikmat kemerdekaan yang kita rasakan sedangkan untuk berterimakasih kepada para pahlawan yang karena ikhtiar mereka kita merasakan kemerdekaan saja kita enggan… jadi apa yang salah pada diri kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar